indahnya perubahan kearah kebaikan
PREMAN SAYANG IBU
Oleh: Gank_90
Pada suatu hari yang cerah, tak ada awan menutupi sang mentari. Hari yg cocok untuk rekreasi. Ku pikir-pikir, sudah lama ku tak berekreasi. Akhirnya ku putuskan mengajak teman-teman untuk pergi ke sebuah pantai yang sangat indah di Bangka tercinta. Semua temanku berhasil ku bujuk dan akhirnya semuanya mau berangkat tanpa terkecuali.
Saat semua teman telah berkumpul di depan rumahku, kami pun langsung pergi dengan menggnkakan motor masing-masing sehingga aku pun lupa berpamitan pada ibuku.
Sesampai di pantai yang begitu indah sehingga tak tahu perasaan apa yang hinggap padaku sehingga dadaku pun terus berdetak. Tapi aku tak memperdulikan perasaan itu, dan aku pun langsung melepas tasku, lalu berlari mencari kebebasan di pinggir pantai. Tanpa adanya omelan ibuku, tanpa perintah dari ibuku, tanpa nasihat kuno dari ibuk ku, aku hanya inginkan kebebasan.
Aku dan teman-teman menikmati semua keindahan pantai ini, betapa senangnya kami mendapatkan kebebasan yang kami butuhkan setelah beraktivitas di sekolah tanpa henti, betapa senangnya pula aku tak mendengar omelan ibuku yang biasanya setiap hari mengisi waktu luangku, pikiran kebebasan terus terpikir karena itulah yang selama ini aku damba-dambakan.
Setelah lama bermain tibalah saatnya makan siang, lagi-lagi aku berpikir, “untung tak ada ibu yang selalu menyuruh ku untuk makan yang banyak agar sehat serta omelan-omelan lainnya”. Aku pun semakin terlena dengan kebebasan ini.
Saat aku mau memasukkan makanan kemulutku, hp-ku berdering kencang. Tak ada niat sedikitpun untuk ku menerima telpon tersebut. Setelah tiga kali berdering ku lihat yg menelpon adalah kakakku, lalu tanpa piker panjang aku pun melempar begitu saja hp itu ke atas tas ku, dan meninggalkan hp ku yg tak berhenti dari deringannya. “Masa bodoh, hari ini aku mau bebas, tak ada yang boleh mengganggu kebebasanku”, pikiran egoisku pun semakin merajalela.
Lalu ku kembali bermain bersama teman-temanku untuk meneruskan kebebasamku yang tertunda, hingga ku pun sangat terbawa suasana. Tak terasa hari pun sudah menjelang maghrib, lalu kami menghentikan permainan untuk beristirahat di salah satu rumah dekat pantai, sambil ingin menghangatkn badan kami yang kedinginan. Karena tubuh kami sangat kedinginan, dan serasa kaku tak bisa digerakkan, sehingga kami hanya bisa menghangatkan diri di dekat perapian.
Saat sedang menikmati kehangatan dari perapian, tiba-tiba ku teringat akan masa laluku saat aku masih SD. Aku teringat pada ibuku yg sedang ngomel-ngomel di hadapan ku karena aku main hujan-hujanan sehingga tubuhku kaku, wajahku pucat, hingga aku sendiri todak bisa lagi menggerakan seluruh badanku karena sudah terlalu kaku. Seketika itu pula ku beranjak tanpa merasakan kedinginan yang awalnya sangat membuatku menderita untuk mengambil hp-ku. Aku ingin menelpon ibuku. Tapi setelah ku mengambil hp dan melihat di layarnya ada 59 panggilan tak terjawab dan 13 pesan masuk, aku langsung mengeluarkan semua pesan dan panggilan tidak terjawab tadi, tanpa melihat isinya sama sekali, hanya karena ku ingin segera mencari no. hp ibuku, lalu ku telpon beberapa kali tapi tak ada jawaban. Teman-teman yangg mengetahui kegelisahankukarena ingin menelpon ibuku seakan ingin menangis dan mulai mengalir air mata di pipi kedinginan mereka. Aku hanya tersenyum malu dan bangga pada teman-teman sesama preman.
Tapi seketika itu pula aku menangis, namun tak mampu mengeluarkan air mataku. Lalu ku mulai melihat panggilan tak terjawab itu, semuanya terdiri no kedua kakakku, no bapakku, beserta no tetangga dan keluarga-keluargaku. Aku mulai bingung saat itu, setelah kuperhatikan, tak ada no ibu di antara no-no tersebut, aku sangat sedih saat mengetahui tak ada ada no ibuku daiantara no-no tersebut.
Lalu kubuka pesan masuk satu persatu, hingga aku pun menangis keras, semua air mataku tak dapat ku tampung lagi, semuanya tumpah bagaikan sungai yang mengalir deras, semua teman-temanku terkejut bukan kepalang, karena yang mereka tahu aku tak pernah menangis. Lalu mereka bertanya padaku, ada apa dengan diriku, tanpa kujawab. Aku langsung berlari mengambil kunci motor dan berlari k earah motor, tanpa menggunakan baju dan sandal, lalu salah seorang temanku melemparkan sebuah jaket tebal padaku dan langsung ku pakai dan ku gas motorku tanpa basa-basi lagi.
Tak kuhiraukan semua yg ada dijalan, motorku seakan terbang, polisi yang mau mnghentikanku hanya terkena angin dan percikan air yg mengalir dari mataku.
Biasanya perjalanan yg kami tempuh selama 30 menit, tapi aku hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai rumah.
Saat sampai dirumah ku langsung berlari di antara orang-orang yang ada di dalam rumahku, ku tak lagi memikirkan kesopanan atau apalah itu aku hanya ingin bertemu dengan ibuku.
Seketika itu ku lihat ibuku yg terbaring dan menutup matanya dengan semua keluarga ada di sisinya, sambil terisak-isak tangis, aku hanya terpaku tak bisa bergerak dan bicara apa-apa. Lalu masku pun berteriak keras dan memarahi ku, ia membentak-bentak diriku dan menampar pipiku dengn sangat keras, tapi aku hanya bisa terdiam, semua keluarga menahan emosi dari kakakku, dan aku pun kembali menangis meraung-raung tanpa memikirkan apa pun lagi, lalu ku langsung naik ke atas tempat tidur, dan berbaring di samping ibu ku sambil memeluk erat ibuku tanpa ada jarak lagi, aku tak mau lepas dari ibuku.
Semua keluarga hanya bisa menangis melihat sikapku ini, yg biasanya jarang mau berdekatan dengan ibu karena aku dimanja, sekarang tak mau lepas sedikitpun dari ibuku.
Dengan sekuat tenaga aku berteriak sekencang-kencangnyanya, “aku sayang ibu, aku gak mau kehilangan ibu, aku mau ibu selalu ada untukku, aku mau ibu selalu menasihatiku, ibu harus mengomeli aku tiap hari, aku ingin ibu memarahiku setiap hari, asalkan ibu selalu ada untuk aku”,
Semua tangisku semakin tak tertahan, dan aku langsung mencium pipi ibuku, dan berkata lirih, karena suaraku telah habis karena tangis dan teriakku yang tak henti-hentinya, “ibu, maafkan aku, aku tak mau kehilangan ibu, ibu adalah malaikatku, walau apa pun yang terjadi”. Seketika itu, aku melihat gerak di bibir ibuku, dan membentuk sebuah senyum yang sangat kurindukan.
Dan aku pun tersentak dan “a . . . . a . . . . a a a a a a a a a a r g h”.
Aku melihat semua sepi di sekelilingku, dan hanya ada ibu disampingku yang masih tetutup matanya dan tangannya memelukku erat dengan senyum di wajahnya.
Apa aku bermimpi? ? Sudah lama aku gak tidur di rumah, aku kangen ibu. Ibu, aku sayang ibu, Ingin rasanya aku pulang dan memelukmu Selalu membersihkan kakimu dan selalu mencium tanganmu saat aku mau pergi dari rumah dan tiba di rumah.
Ibu gimanapun kerasnya ibu kepadaku, aku ngerti sekarang. Aku janji aku akan berusaha untuk membuat ibu tersenyum bangga padaku. Ibu tunggu aku di pintu rumah kita, aku aknan pulang Idul Fitri ini.
Yogyakarta, 08 Mei 2010
Oleh: Gank_90
Pada suatu hari yang cerah, tak ada awan menutupi sang mentari. Hari yg cocok untuk rekreasi. Ku pikir-pikir, sudah lama ku tak berekreasi. Akhirnya ku putuskan mengajak teman-teman untuk pergi ke sebuah pantai yang sangat indah di Bangka tercinta. Semua temanku berhasil ku bujuk dan akhirnya semuanya mau berangkat tanpa terkecuali.
Saat semua teman telah berkumpul di depan rumahku, kami pun langsung pergi dengan menggnkakan motor masing-masing sehingga aku pun lupa berpamitan pada ibuku.
Sesampai di pantai yang begitu indah sehingga tak tahu perasaan apa yang hinggap padaku sehingga dadaku pun terus berdetak. Tapi aku tak memperdulikan perasaan itu, dan aku pun langsung melepas tasku, lalu berlari mencari kebebasan di pinggir pantai. Tanpa adanya omelan ibuku, tanpa perintah dari ibuku, tanpa nasihat kuno dari ibuk ku, aku hanya inginkan kebebasan.
Aku dan teman-teman menikmati semua keindahan pantai ini, betapa senangnya kami mendapatkan kebebasan yang kami butuhkan setelah beraktivitas di sekolah tanpa henti, betapa senangnya pula aku tak mendengar omelan ibuku yang biasanya setiap hari mengisi waktu luangku, pikiran kebebasan terus terpikir karena itulah yang selama ini aku damba-dambakan.
Setelah lama bermain tibalah saatnya makan siang, lagi-lagi aku berpikir, “untung tak ada ibu yang selalu menyuruh ku untuk makan yang banyak agar sehat serta omelan-omelan lainnya”. Aku pun semakin terlena dengan kebebasan ini.
Saat aku mau memasukkan makanan kemulutku, hp-ku berdering kencang. Tak ada niat sedikitpun untuk ku menerima telpon tersebut. Setelah tiga kali berdering ku lihat yg menelpon adalah kakakku, lalu tanpa piker panjang aku pun melempar begitu saja hp itu ke atas tas ku, dan meninggalkan hp ku yg tak berhenti dari deringannya. “Masa bodoh, hari ini aku mau bebas, tak ada yang boleh mengganggu kebebasanku”, pikiran egoisku pun semakin merajalela.
Lalu ku kembali bermain bersama teman-temanku untuk meneruskan kebebasamku yang tertunda, hingga ku pun sangat terbawa suasana. Tak terasa hari pun sudah menjelang maghrib, lalu kami menghentikan permainan untuk beristirahat di salah satu rumah dekat pantai, sambil ingin menghangatkn badan kami yang kedinginan. Karena tubuh kami sangat kedinginan, dan serasa kaku tak bisa digerakkan, sehingga kami hanya bisa menghangatkan diri di dekat perapian.
Saat sedang menikmati kehangatan dari perapian, tiba-tiba ku teringat akan masa laluku saat aku masih SD. Aku teringat pada ibuku yg sedang ngomel-ngomel di hadapan ku karena aku main hujan-hujanan sehingga tubuhku kaku, wajahku pucat, hingga aku sendiri todak bisa lagi menggerakan seluruh badanku karena sudah terlalu kaku. Seketika itu pula ku beranjak tanpa merasakan kedinginan yang awalnya sangat membuatku menderita untuk mengambil hp-ku. Aku ingin menelpon ibuku. Tapi setelah ku mengambil hp dan melihat di layarnya ada 59 panggilan tak terjawab dan 13 pesan masuk, aku langsung mengeluarkan semua pesan dan panggilan tidak terjawab tadi, tanpa melihat isinya sama sekali, hanya karena ku ingin segera mencari no. hp ibuku, lalu ku telpon beberapa kali tapi tak ada jawaban. Teman-teman yangg mengetahui kegelisahankukarena ingin menelpon ibuku seakan ingin menangis dan mulai mengalir air mata di pipi kedinginan mereka. Aku hanya tersenyum malu dan bangga pada teman-teman sesama preman.
Tapi seketika itu pula aku menangis, namun tak mampu mengeluarkan air mataku. Lalu ku mulai melihat panggilan tak terjawab itu, semuanya terdiri no kedua kakakku, no bapakku, beserta no tetangga dan keluarga-keluargaku. Aku mulai bingung saat itu, setelah kuperhatikan, tak ada no ibu di antara no-no tersebut, aku sangat sedih saat mengetahui tak ada ada no ibuku daiantara no-no tersebut.
Lalu kubuka pesan masuk satu persatu, hingga aku pun menangis keras, semua air mataku tak dapat ku tampung lagi, semuanya tumpah bagaikan sungai yang mengalir deras, semua teman-temanku terkejut bukan kepalang, karena yang mereka tahu aku tak pernah menangis. Lalu mereka bertanya padaku, ada apa dengan diriku, tanpa kujawab. Aku langsung berlari mengambil kunci motor dan berlari k earah motor, tanpa menggunakan baju dan sandal, lalu salah seorang temanku melemparkan sebuah jaket tebal padaku dan langsung ku pakai dan ku gas motorku tanpa basa-basi lagi.
Tak kuhiraukan semua yg ada dijalan, motorku seakan terbang, polisi yang mau mnghentikanku hanya terkena angin dan percikan air yg mengalir dari mataku.
Biasanya perjalanan yg kami tempuh selama 30 menit, tapi aku hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai rumah.
Saat sampai dirumah ku langsung berlari di antara orang-orang yang ada di dalam rumahku, ku tak lagi memikirkan kesopanan atau apalah itu aku hanya ingin bertemu dengan ibuku.
Seketika itu ku lihat ibuku yg terbaring dan menutup matanya dengan semua keluarga ada di sisinya, sambil terisak-isak tangis, aku hanya terpaku tak bisa bergerak dan bicara apa-apa. Lalu masku pun berteriak keras dan memarahi ku, ia membentak-bentak diriku dan menampar pipiku dengn sangat keras, tapi aku hanya bisa terdiam, semua keluarga menahan emosi dari kakakku, dan aku pun kembali menangis meraung-raung tanpa memikirkan apa pun lagi, lalu ku langsung naik ke atas tempat tidur, dan berbaring di samping ibu ku sambil memeluk erat ibuku tanpa ada jarak lagi, aku tak mau lepas dari ibuku.
Semua keluarga hanya bisa menangis melihat sikapku ini, yg biasanya jarang mau berdekatan dengan ibu karena aku dimanja, sekarang tak mau lepas sedikitpun dari ibuku.
Dengan sekuat tenaga aku berteriak sekencang-kencangnyanya, “aku sayang ibu, aku gak mau kehilangan ibu, aku mau ibu selalu ada untukku, aku mau ibu selalu menasihatiku, ibu harus mengomeli aku tiap hari, aku ingin ibu memarahiku setiap hari, asalkan ibu selalu ada untuk aku”,
Semua tangisku semakin tak tertahan, dan aku langsung mencium pipi ibuku, dan berkata lirih, karena suaraku telah habis karena tangis dan teriakku yang tak henti-hentinya, “ibu, maafkan aku, aku tak mau kehilangan ibu, ibu adalah malaikatku, walau apa pun yang terjadi”. Seketika itu, aku melihat gerak di bibir ibuku, dan membentuk sebuah senyum yang sangat kurindukan.
Dan aku pun tersentak dan “a . . . . a . . . . a a a a a a a a a a r g h”.
Aku melihat semua sepi di sekelilingku, dan hanya ada ibu disampingku yang masih tetutup matanya dan tangannya memelukku erat dengan senyum di wajahnya.
Apa aku bermimpi? ? Sudah lama aku gak tidur di rumah, aku kangen ibu. Ibu, aku sayang ibu, Ingin rasanya aku pulang dan memelukmu Selalu membersihkan kakimu dan selalu mencium tanganmu saat aku mau pergi dari rumah dan tiba di rumah.
Ibu gimanapun kerasnya ibu kepadaku, aku ngerti sekarang. Aku janji aku akan berusaha untuk membuat ibu tersenyum bangga padaku. Ibu tunggu aku di pintu rumah kita, aku aknan pulang Idul Fitri ini.
Yogyakarta, 08 Mei 2010
0 Response to "preman sayang ibu"
Post a Comment
komentar ditunggu blogger untuk lebih maju, terimakasih , ,